MENGENAL POTENSI PADA MANGROVE
Latar Belakang
Hutan mangrove Indonesia memiliki luas sekitar 3.364.080 Ha (PPID KLHK, 2021), hal ini membuat kawasan hutan mangrove memiliki potensi yang semakin besar. Potensi tersebut dapat menjadi peluang besar bagi masyarakat dalam memanfaatkan jenis-jenis mangrove. Secara umum, khusunya masyarakat pesisir memanfaatkan mangrove hanya sebagai cadangan kebutuhan apabila sewaktu-waktu terjadi krisis pangan. Bahkan sampai sekarang potensi mangrove ini masih jarang dimanfaatkan, sebab kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat (Wahyudi, 2015 dan Umar, 2019).
Salah satu potensi yang dimiliki mangrove, yaitu dapat dijadikan alternatif pangan fungsional. Misal pada buah jenis Sonneratia sp. yang dapat diolah menjadi produk selai, dodol, sirup, dan lain sebagainya (Umar, 2019). Potensi ini harusnya bisa terus dikembangkan, sebab Indonesia mempunyai beragam jenis mangrove dengan berbagai kandungan nutrisi. Hasil pengolahan dari potensi mangrove harus diolah sesuai dengan standar mutu, sehingga prospek ke depan menghasilkan suatu diversifikasi produk yang berkualitas (FPIK UPS, 2021). Adapun penulisan ini membahas tentang beberapa contoh potensi pada mangrove dengan tujuan agar dapat memberikan informasi tambahan kepada pembaca.
Hutan Mangrove
Definisi.
Mangrove berasal dari kata “mangal” yang menggambarkan komunitas tumbuhan yang tahan terhadap garam/salinitas dan komponen penyusunnya. mangrove merupakan vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut air laut. Mangrove juga disebut sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas dipantai daerah tropis dan subtropis yang terlindung. Ekosistem mangrove ini merupakan bagian dari wilayah pesisir, pertemuan darat dan laut, yang mencakup 8% permukaan bumi. Di Indonesia mangrove tumbuh pada berbagai substrat seperti lumpur, pasir, terumbu karang dan kadang-kadang pada batuan, namun paling baik tumbuh di pantai berlumpur yang terlindung dari gelombang dan mendapat masukan air sungai.
Beberapa jenis-jenis Mangrove (FPIK UPS, 2021)
Avicennia marina F. Vierh.
Secara umum, ciri-ciri jenis mangrove Avicennia marina yaitu memiliki pohon mencapai tinggi >12 m dengan membentuk akar pasak atau akar nafas, daun tunggal dengan kelenjar garam dan sisi bawah putih sampai abu-abu cerah, bunga aksiler diujung tunas dengan memiliki stamen 4 dan diameter 0,4-0,5 cm, buah memiliki lebar 1,5-2 cm dengan panjang 1,5-2,5 cm yang perikapnya berwarna hijau kekuningan serta berbulu halus dan ujung buah membulat, biji kriptovivipar dan berbentuk seperti kacang.
Nypa fructicans T. Wurmb.
Adapun ciri-ciri yang dimilki Nypa fructicans yaitu berbentuk pohon palem dengan tinggi mencapai >9-4 m, daun majemuk menyirip, bunga betina dengan ukuran 25 cm dan bunga jantan seperti sakat yang berwarna merah bata sampai kuning, bentuk buah panjang melebihi 25 cm berwarna coklat tua atau merah bata, dan biji kriptovivipar.
Rhizophora apiculata BI.
Bentuk dari jenis ini adalah pohon dengan tinggi 15-25 m, akar sangga yang membentuk pijakan, daun tunggal dengan panjang 9-18 cm dan ujung berduri, bunga berwarna kuning kehijauan, memiliki diameter buah 1,3-1,7 cm dengan panjang 20-25 cm, permukaan daun halus dan agak berkutil, biji vivipar.
Sonneratia caseolaris (L.) Engler.
Gambar 5. Mangrove jenis Sonneratia caseolaris (L.) Engler.
Jenis ini termasuk pohon dengan tinggi mencapai >16 m, akar pasak >1 m, daun tunggal dengan bentuk membulat dan panjang mencapai 4-8 cm, memiliki diameter bunga 8-10 cm, buah berdiameter 6-8 cm dengan warna hijau kekuningan dan permukaan licin, biji normal.
Zonasi Mangrove (Rosyid, 2020)
Zonasi hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh substrat, salinitas dan pasang surut air laut karna hal tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah. Pasang surut dan arus yang membawa material sedimen sedangkan substrat yang membawa periodik menyebabkan perbedaan pembentukan zona mangrove. Secara umum mangrove tumbuh dalam tiga zona yaitu:
Seaward zone.
Daerah kawasan mangrove yang menghadap ke arah laut. Zona ini sebagian besar didominasi oleh Sonneratia alba yang tumbuh pada area yang sangat dipengaruhi oleh air laut, dan juga Avicennia alba yang bagian pinggirnya sempit karena benih Avicennia tidak dapat tumbuh denga baik pada keadaan teduh atau berlumpur yang biasanya terdapat didalam hutan.
Intermediate zone.
Daerah mangrove ini terletak dibelakang zona laut. biasanya zona ini didominasi oleh satu atau lebih spesies Rhizophora. Zona ini merupakan daerah paling khas karena mempunyai akar tunggang yang melengkung yang mengakibatkan daerah ini sukar ditembus manusia.
Terestrial zone.
Mangrove yang berada pada zona perairan payau atau hampir tawar dibelakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Zona ini biasanya di dominasi oleh Ficus microcarpus, Lumnitzera racemosa, Pandamus sp, dan Xylocarpus moluccensis. Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona yang lainnya.
Fungsi Mangrove
Ekosistem mangrove memiliki banyak peran penting dalam kehidupan, seperti nilai sosial-ekonomi berupa kayu bangunan, kayu bakar, bubur kertas, tiang pancang, kayu untuk mebel dan kerajinan tangan, atap, bahan obat, dan masih banyak lagi. Secara ekologi fungsi mangrove antara lain untuk sekuestrasi karbon, menyaring dan menangkap bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari erosi, intrusi air laut, dan tekanan badai, membentuk daratan baru, menjaga kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, memijah dan membesarkan anak berbagai jenis ikan, udang, kerang, burung, dan fauna lain, serta memiliki fungsi sosial sebagai area konservasi, pendidikan, ekoturisme, dan identitas budaya (Rosyid, 2020).
Potensi Mangrove
Pangan Fungsional (FPIK UPS, 2021).
Pangan fungsional merupakan pangan yang memberikan efek positif dalam meningkatkan kesehatan, meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan dan mengurangi terhadap suatu risiko penyakit tertentu. Salah satu strategi pengembangan produk pangan fungsional, yaitu dengan memanfaatkan buah maupun daun mangrove menjadi berbagai macam olahan pangan. Beberapa contoh jenis olahan pangan mangrove, yaitu sirup, dodol, tepung, manisan, selai, dan lain-lain.
Contoh proses pembuatan olahan manisan dari jenis Nypa fructicans T. Wurmb :
Dilakukan pemilihan buah, yaitu buah yang sudah masak (tidak terlalu muda (lembek) dan tidak terlalu tua (keras).
Dilakukan pengupasan, pemotongan, dan pencucian terhadap buah Nypa fructicans (ukuran potongan tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar).
Dilakukan perebusan dan penambahan gula (menggunakan api sedang, direbus sampai mendidih dan sampai buah Nypa fructicans menjadi cukup lunak).
Dilakukan pengemasan.
Senyawa Bioaktif (Firdaus et al, 2013)
Jenis mangrove mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti steroid, triterpene, saponin, flavonoid, alkaloid, dan tanin yang sangat bermanfaat, apabila diproses dengan baik sesuai prosedur. Pemanfaatan dari senyawa bioaktif tersebut dapat menjadi alternatif dalam suatu permasalahan, misalnya pada bidang obat dan kesehatan.
Senyawa saponin merupakan glikosida baik yang berupa triterpen dan sterol yang mudah larut dalam air dan mempunyai sifat pembentuh buih apabila air tersebut dikocok. Saponin dapat berperan sebagai detergen alami dan biasanya oleh masyarakat pesisir digunakan untuk meracuni ikan. Adapun beberapa manfaat lain saponin, yaitu sebagai antimikroba, spermisidal, moluskasidal, penghambat inflamasi, dan aktivitas sitotoksis. Salah satu jenis mangrove yang mengandung senyawa saponin yaitu Avicennia officinalis. Tanin yang merupakan polifenol larut air yang mampu mengendapkan protein. Tanin yang terkandung di dalam tumbuhan akan berperan untuk melindungi tumbuhan, melindungi aterial dan mikroorganisme dari predator. Bahkan, tanin dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu tanin terkondensasi, tanin terhidrolisa, tanin komplek, dan florotanin. Senyawa tanin juga memiliki beberapa aktivitas, yaitu sebagai antimikroba, antioksidan, aktivitas sitotoksik, aktivitas antineoplastik, dan anti cacing.
1. Aktivitas Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu molekul yang dapat mencegah pembentukkan radikal bebas, menghambat reaksi radikal bebas, dan mampu mencegah terjadi oksidasi. Antioksidan dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan primer dan sekunder. Pada antioksidan primer terdiri dari fenol, galat, BHA,TBHQ, etoksikuin, dan lain-lain. Antioksidan sekunder terdiri dari sulfit, asam askorbat, EDTA, asam sitrat, asam tiodipropionat, asam amino, flavonoid, dan lain-lain. Salah satu jenis mangrove sebagai antioksidan yaitu Xylocarpus sp. yang biasanya digunakan dalam bidang pengobatan seperti mengobati penyakit kaki gajah dan pembengkakan payudara. Hal tersebut sebab beberapa kandungan senyawa bioaktif yang ada pada Xylocarpus sp. Dalam penelitian Delta et al (2021), bahwa ekstrak bagian daun dan kulit batang dari jenis Sonneratia alba dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut tunggal yaitu etanol yang perlakuan maserasinya 48 jam serta menggunakan metode DPPH untuk analisis antioksidannya mendapatkan hasil yang sama-sama kuat dalam berpotensi antioksidan. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil maserasi daun 1 dan 2 kuat dengan nilai 20,27 dan 18,62 ppm, sedangkan ekstrak kulit batang S. alba didapatkan nilai sebesar 38,24 dan 22,96 ppm.
2. Aktivitas Antikanker
Antikanker dapat menghambat pertumbuhan kanker dengan beberapa mekanisme, seperti antiproliferasi, menekan ekspresi lipoksigenase, menekan angiogenesis, menekan siklooksigenase-2 (COX-2), menekan sitokin proinflamasi, dan menekan molekul-molekul adesi yang berperan pada penyebaran tumor. Acanthus sp. menjadi salah satu jenis mangrove yang dapat berperan sebagai antikanker sebab kompnen senyawa bioaktif yang dimiliki.
Bahkan penelitian yang telah dilakukan Faoziyah et al (2017), pemanfaatan daun mangrove sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker dilakukan dengan mengambil ekstrak zat aktif yang terdapat dalam daun mangrove. Pemanfaat tersebut dapat menjadi terapi alternatif penghambat sel kanker dengan melakukan formulasi dalam sediaan farmasi seperti nanoemulsi. Ekstrak daun muda mangrove jenis Rhizophora mucronata menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen tertinggi yaitu 18,24%. Hal tersebut dikarenakan kandungan senyawa bioaktif seperti fenolit, alkaloid, steroid, flavonoid, dan tanin. Adapun hasil uji sediaan nanoemulsi menggunakan teknik SNEDDS dengan formulasi antara surfaktan (6 ml), ko-surfaktan (1 ml), minyak ikan (1 ml), dan ekstrak daun mangrove (5 mg) yang didapatkan 18,1 nm yang lebih cepat daripada sediaan non-SNEDDS, sehingga pembuatan sediaan nanoemulsi ini dapat meningkatkan distribusi dan absorsi obat dalam penggunaan yang lebih optimal. Hal ini menunjukkan ekstrak dari daun mangrove berpotensi sebagai zat aktif dalam pembuatan nanoemulsi terapi antikanker.
Referensi
Detla M, Rozirwan, dan M Hendra. 2021. Aktivitas antioksidan ekstrak daun dan kulit batang mangrove Sonneratia alba di Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin, Prov. Sumatera Selatan. MASPARI JOURNAL. Vol. 13 (2).
Faoziyah AR, Wahyu K. 2017. Pemanfaatan ekstrak daun mangrove (Rhizophora mucronata) dengan variasi pelarut sebagai banhan aktif sediaan farmasi terapi antikanker. Journal of Health. Vol. 4(2).
Firdaus M, Asep AP, dan Rahmi N. 2013. Tanaman bakau biologi dan bioaktivitas. UB Press: Malang.
FPIK UPS. 2021. Pemanfaatan mangrove. MCTP: Tegal.
PPID KLHK. 2021. Peta mangrove nasional tahun 2021: Baseline pengelolaan rehabilitasi mangrove nasional. http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6225/peta-mangrove-nasional-tahun-2021-baseline-pengelolaan-rehabilitasi-mangrove-nasional: Diakses tanggal 05 Januari 2022.
Rahim, S dan Dewi, W. 2017. Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya. Grup Penerbitan CV Budi Utama: Yogyakarta.
Rosyis, N. 2020. Fitoremediasi mangrove. Member of Guepedia Group: Jakarta.
Setyawan A, Kusumo W, Purin C. 2003. Ekosistem mangrove di Jawa: 1. Kondisi Terkini. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Vol. 4(2). 133-145.
Umar MG. 2019. Peran mangrove dalam industri pangan dan obat-obatan. https://www.academia.edu/39098700/Peran_Mangrove_dalam_Industri_Pangan_dan_Obat_obatan: Diakses tanggal 05 Januari 2022.
Wahyudi D. 2015. Optimalisasi potensi mangrove untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Islam Sultan Agung: Semarang.
Komentar
Posting Komentar