Hiu Paus
Halooooo teman-teman kembali lagi dalam artikel laut
kita, kali ini kita akan membahas tentang hewan laut yang berukuran besar,
yaitu adalah hiu paus. Penasaran kan?? Yuk kita cek kebawah
ya…..
Figure 1. Hiu Paus (Rhincodon typus)
Rhincodon typus
atau biasa yang kita kenal dengan hiu paus merupakan ikan yang hingga saat ini
masih dianggap sebagai spesies dunia (world’s
species) yang mendiami perairan laut tropis. Hiu paus merupakan
satu-satunya anggota hewan dari Marga Rhincodon
dan Suku Rhincodontidae, termasuk
dalam sub-kelas Elasmobranchii pada
Kelas Chondrichthyes (Compagno, 2001).
Hiu paus ini sendiri mulai dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan pada April 1828,
pada saat itu seekor ikan dari jenis ini terkena Harpun (alat penangkap ikan
atau mamalia laut besar) di Teluk Table Afrika Selatan.
Figure
2. Morfologi Hiu Paus
Oo iya teman-teman hiu
paus (Rhincodon typus) atau dikenal
juga dengan dengan hiu totol atau hiu bodoh adalah salah satu jenis ikan hiu
terbesar didunia. Kenapa hiu ini disebut hiu paus karena ukuran tubuhnya yang
sungguh besar dan kepalanya mirip seperti kepala paus berbentuk tumpul. Untuk
deskripsi dari hiu paus ini dijelaskan oleh Compagno (2001) dan Stevens (2007)
adalah sebagai berikut :
1. Hiu paus adalah ikan terbesar yang masih hidup di
dunia.
2. Ukuran rata-rata hewan dewasa sebesar 9 m dengan berat
mencapai 9 ton.
3. Hiu paus memiliki mulut besar yang lebarnya bisa
mencapai 1,4 m dan mulutnya berada diujung moncongnya.
4. Bentuk kepalanya yang lebar dan gepeng dengan mulut.
5. Garis insang dan sirip punggung (dorsal) pertma yang besar dengan pola totol-totol putih dan garis
di kulitnya cenderung berwarna keabu-abuan.
6. Kulitnya tebal, bisa mencapai 10 cm dan memiliki gigi
sebanyak 3000 buah yang sangat kecil.
Oke teman-teman secara umum kita sudah
mengenal bagaimana biologi dan ekologinya dari hiu paus sekarang kita akan
membahas dari habitatnya, cara mencari makan dll ya.
Habitat
Hiu Paus
Untuk habitat hiu paus
sendiri teman-teman mereka hidup disemua lautan tropis dan subtropis dengan
suhu yang hangat umunya pada suhu 18oC – 30oC tetapi ada
studi yang lain bahwa mereka ini juga suka menyukai perairan dengan rentang suhu
28oC – 32oC (Rowat, 2007; Eckert & Stewart, 2001). Pada
umumnya hiu paus ditemui secara soliter (sendiri) tetapi secara musiman
terlihat adanya kelompok hiu paus yang mencari makan. Hewan ini tidak jarang
untuk terlihat memasuki laguna atau mendekati estuaria (muara sungai). Hiu paus
dikenal mampu menyelam hingga kedalaman 1.286 m dan tergolong ikan yang
bermigrasi (White, et al. 2006) .
Hewan ini dapat bermigrasi melintasi samudera ke suatu perairan yang terjadi
pada waktu tertentu sesuai dengan tingkah perilaku hewan ini (Wolfson, 1986 ; Eckert,
et al. 2002; Cavanagh, et al. 2003).
Makanan Hiu Paus
Figure
3. Cara Makan Hiu Paus
dengan Menghisapnya
Hiu paus adalah salah
satu dari 3 jenis hiu yang dikenal untuk makan dengan cara menghisap dan
menyaring air laut (filter feeder), 2
jenis lainnya yaitu Basking Shark (Cetorhinus
maximus) dan Megamouth Shark (Megachasma
pelagios) (Compagno, 1984). Untuk makanan yang dimakan hiu paus antara lain
plankton, larva kepiting pantai, makro alga cumi-cumi dan vertebrata kecil
lainnya. Mekanisme dari cara memakannya yaitu hewan ini secara pasif dengan
cara membuka mulutnya lebar-lebar sambil berenang perlahan-lahan sambil
membiarkan air laut masuk secara leluasa lalu akan di keluarkan dibelakang
rongga mulut melalui celah insang, sementara makannya tersaring di
lembar-lembar penyaring didalam mulutnya.
Kemudian kalau dengan
secara aktif dengan membuka dan menutup mulutnya, sehingga air laut terhisap
masuk dan tertekan keluar melalui celah insang. Dengan kedua cara itu air akan
menembus lembaran filter yang merupakan modifikasi dari sisi saring insang yang
letaknya sejajar dengan lembar-lembar itu sehingga aliran makanan akan lebih
pekat terus berjalan kedalam kerongkongan ikan. Dengan cara ini maka gigi kecil
yang dimiliki hiu paus tidak berperan dalam proses makan. Hiu paus ini
diketahui bermigrasi dalam jarak jauh untuk mendapatkan makanannya, dan
kemungkinan juga untuk berkembang biak (Colman, 1983; Colman, 1997; Heyman, et al. 2001; Nelson, 2004).
Reproduksi
Hiu Paus
Menurut Joung et al.
(1996), hiu paus berkembang biak dengan cara beranak (ovovivivar) yang berarti
telur di simpan di dalam rahim, kemudian sang induk melahirkan anak-anak yang
sudah siap untuk hidup bebas. Hasil pengamatan di pantai timur Taiwan ditemukan
seekor hiu paus betina berukuran 10,46 m dan dalam rahimnya ditemukan 300 embrio berukuran 42 – 63 cm dengan kantung telur yng siap dilahirkan.
Menurut Joung et al.
(1996), hiu paus berkembang biak dengan cara beranak (ovovivivar) yang berarti
telur di simpan di dalam rahim, kemudian sang induk melahirkan anak-anak yang
sudah siap untuk hidup bebas. Hasil pengamatan di pantai timur Taiwan ditemukan
seekor hiu paus betina berukuran 10,46 m dan dalam rahimnya ditemukan 300 embrio berukuran 42 – 63 cm dengan kantung telur yang siap dilahirkan.
Perilaku
dan Pergerakan Hiu Paus
Hiu
paus adalah hewan soliter (suka menyendiri) dan jarang terlihat
bergerombol. Jenis ikan hiu ini
merupakan perenang yang lamban, dengan kecepatan tidak lebih dari 5
km/jam. Ikan ini berenang dengan
menggerakkan seluruh tubuh dari sisi ke sisi (tidak hanya mengandalkan ekornya,
seperti pada beberapa jenis hiu lainnya) (Colman dalam Graham, 2003). Meski
bertubuh besar, ikan ini adalah hewan laut yang jinak dan kadang-kadang
membiarkan para penyelam menungganginya, walaupun tindakan ini tidak dibenarkan
oleh para peneliti hiu dan konservasionis. Hiu paus muda sebenarnya cukup
lembut dan dapat diajak bermain-main oleh para penyelam dan kerap dijumpai di
banyak lokasi penyelaman di wilayah tropis, termasuk di Thailand,
Maladewa, Filipina, Taiwan, Malaysiia,
Pulau Christmas, Sri Lanka (Chen et al., 2002; Pinne et al., 2005; Rowat, 2007).
Di
Indonesia, hiu paus di temui di perairan Sabang, Situbondo, Bali, Nusa
Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua. Di daerah Probolinggo
Jawa Timur, kehadirannya bersifat musiman (Januari – Maret), sementara di
daerah Kwatisore, Teluk Cendrawasih Papua yang termasuk dalam kawasan Taman
Nasional (TNTC) hiu paus hadir sepanjang tahun (Tania & Noor, 2014).
Stewart
(2014) menyatakan bahwa pergerakan hiu paus di Taman Nasional Cendrawasih
sebagai berikut: hasil pemasangan
PSAT/penanda satelit pada enam ekor hiu
paus di TNTC sejak Mei 2011 sampai Juni 2012 menunjukan bahwa hiu paus berenang
keluar kawasan TNTC (yang terjauh bahkan berenang sampai ke sebelah timur
Filipina di perairan Internasional), namun kemudian kembali lagi ke TNTC
(Gambar 3).
Sekian terima kasih semoga bermanfaat ilmu
yang kami sampaikan. Salam laut Indonesia. Jagalah laut, jagalah negri ini,
karena hampir seluruh laut dimuka bumi ini berada di Indonesia.
Daftar Pustaka
Colman,
J.G. 1997. A review of the biology and
ecology of the whale shark. Journal
of Fish Biology 51:1219-1234.
Compagno,
L.J.V. 1984. FAO Species Catalogue, vol. 4. Sharks of the world. An
annotated and illustrated catalogue of shark species known to date. Part 1.
Hexanchiformes to lamniformes. FAO Fish. Synopsis 125, 209–211.
Chen, C.T., K.M. Liu and S.J. Joung. 2002.
Preliminary report on Taiwan’s whale shark fishery. In: Fowler, S.L., T.M. Reed
and F.A. Dipper (Eds.), Elasmobranch Biodiversity, Conservation and Management:
Proceedings of the International Seminar and Workshop,
Eckert,
S., Stewart, B., 2001. Telemetry and
satellite tracking of whale sharks, Rhyncodon typus, in the Sea of Cortez,
Mexico, and north Pacifiic Ocean.Environ. Biol. Fish. 60: 299–308.
Heyman,
W.D., R.T. Graham, B. Kjerfve, and R.E. Johannes. 2001. Whale sharks Rhincodon typus aggregate to feed on fiish spawn in Belize.
Mar. Ecol. Prog. Ser. 215: 275–282.
Nelson, J.D. 2004. Distribution and foraging ecology by whale sharks (Rhincodon typus)
within Bahia de los Angeles, Baja California Norte, Mexico. MSc Thesis,
University of San Diego, 118 pp.
Graham,
R.T. 2003. Behaviour and conservation of whale sharks on the Belize Barrier
Reef. Thesis submitted for the degree of PhD, Environmental ScienceEnvironment
Department, University of Yor. 427 p.
Joshi,
D., V. Talwar, R. Gandhi and A.
Mookerje. 2005. Campaign for whale shark conservation: Experiences from coastal
Gujarat, India. in: Irvine T.R. and J.K. Keesing (eds). Proceding of The First International
Whale Shark Conference: Promoting
International Collaboration in
Whale SharkConservation, Science and
Management; 2005 Mei 9- 1 2 ; P e r t h
, Western A u s t r a l i a . CSIRO
Marine and Atmospheric Research, Perth, Western Australia.
Sabah,
Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland,
pp. 162–167.
Tania,
C. dan B.A. Noor. 2014. Pemanatauan Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. WWF . 36 hal.
Komentar
Posting Komentar