Ragam Jenis Makroalga
Halo, Buddiesss^^…
Sebelumnya
kita pernah menjelaskan sedikit mengenai alga, dan sekarang kita akan bahas
lagi nih… Ya, makroalga. Bedanya apa sih makroalga sama mikroalga?
Jadi…
makroalga itu merupakan alga (tumbuhan laut tingkat rendah yang tidak
memiliki akar, batang dan daun sejati) yang dapat kita lihat dengan mata
telanjang, tanpa perlu menggunakan alat bantu. Lain halnya dengan mikroalga,
kalau ini kita perlu menggunakan alat bantu seperti mikroskop untuk mengamati
bentuk dan strukturnya dengan jelas.
Menurut
Sumich (1992), struktur tubuh alga laut terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
- Blade: struktur yang menyerupai daun pipih yang biasanya lebar.
- Stipe: struktur yang menyerupai batang yang lentur dan berfungsi sebagai penahan goncangan ombak.
- Holdfast: bagian yang menyerupai akar dan berfungsi untuk melekatkan tubuhnya pada substrat.
Nah,
makroalga ini yang sering kita sebut dengan seaweed (rumput laut). Biasanya makroalga ini hidup pada substrat
campuran pasir dan pecahan karang. Makroalga pada pecahan karang lebih beragam
dibanding makroalga yang ada pada substrat pasir. Kenapa begitu? Karena
pecahan karang yang umumnya mengandung senyawa kalsium karbonat sangat
berpengaruh dalam pembentukan struktur beberapa jenis makroalga, di mana tubuh
makroalga itu tersusun atas zat kapur (seperti spesies Halimeda sp). Selain itu, substrat dasar yang berupa pecahan karang
memungkinkan lebih banyak makroalga yang hidup menancap pada bebatuan pecahan
karang dibandingkan dengan substrat yang hanya berupa pasir. Nah, jenis makroalga yang sering menempel di batuan karang contohnya Gracilaria, Halimeda, Padina, dan Sargassum.
Menurut
Saptasari (2010) makroalga yang ditemukan di pantai berbatu karang umumnya
dari kelas Chlorophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Rumput laut dari
kelas Rhodophyceae ini menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh
di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 452 jenis, setelah itu Chlorophyceae
sekitar 196 jenis dan Phaeophyceae sekitar 134 jenis (Winarno, 1996).
·
Kelas Chloropyceae (Alga Hijau)
Tallus
uniseluler koloni berbentuk benang bercabang (seperti kormus) atau tabung atau
tallus yang berinti banyak, yang mengandung klorofil a dan b, karatenoid, dan
pirenoid. Karena mengandung klorofil yang dominan, membuat makroalgae ini berwarna
hijau. Kelas Chlorophyta ini habitatnya 90% di air tawar dan 10% di air laut
sebagai penyusun plankton atau benthos.
·
Kelas Phaeophyceae (Alga Coklat)
Phaeophyceae
ini berwarna coklat atau pirang, karena dalam kromatoforanya terkandung
klorofil a, karoten, dan xanthofil, juga yang utama yaitu fikosantin yang
menutupi warna lainya dan menyebabkan alga ini berwarna pirang. Dinding selnya
terdiri dari pektin, selulosa, algin.
Figure 3. Padina Australis
·
Kelas Rhodophyceae (Alga Merah)
Rhodophyceae
ini berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang
kemerah-merahan. Kromatoforanya berbentuk cakram atau suatu lembaran mengandung
klorofil a dan karetonoid, tetapi warna zat ini tertutup oleh zat warna merah
yang mengadakan fluoresensi asimilasi.
Figure 4. Gracilaria
coronopifolia
Lalu peranan makroalga ini apa ya? Dari semua jenis makroalga tentunya memiliki
peran dan manfaatnya masing-masing.
Contohnya
makroalga jenis Caulerpa racemosa yang
dapat diolah lebih lanjut menjadi agar-agar, alginat,
dan karaginan. Makroalga jenis Gracilaria
selama ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan agar-agar, sedangkan
makroalga jenis Padina dan Halimeda belum terlalu masif digunakan
dalam kebutuhan manusia. Caulerpa racemosa,
Gracilaria Salicornia, Padina minor, Halimeda sp., semuanya memiliki potensi yang cukup baik untuk
dikembangkan di masa depan, Seperti sebagai sumber antioksidan, antiinflamasi,
dan antidiabet.
Bagaimana, Buddies? Wawasan kalian mengenai alga bertambah bukan?
Sering-sering
kunjungi blog kami ya, karena akan banyak info-info mengenai biota pesisir maupun
bawah laut lainnya yang akan kami share, Buddies^^
Referensi:
Endang Sunarwati
Srimariana, Mujizat Kawaroe, Dea Fauzia Lestari, Aditya Hikmat Nugraha. 2020. Keanekaragaman
dan Potensi Pemanfaatan Makroalga di Pesisir Pulau Tunda. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. Vol. 25 (1): 138-144. https://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/download/24862/19119
Haris Shobir,
Triastinurmiatiningsih, Ismanto. 2019. Keanekaragaman jenis makroalgayang
berpotensi sebagai bahan obatdi perairan pantai cidatu kabupaten pandeglang. Ekologia:
Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup. Volume 19(2): 89-98. https://journal.unpak.ac.id/index.php/ekologia/article/view/1664
Putrianur Rizki.
2020. Keanekaragaman jenis makroalga yang terdapat di kawasan pantai ujoeng
kareung aceh besar sebagai referensi mata kuliah botani tumbuhan rendah. Skripsi.
Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam. https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/12888/1/Putrianur%20Rizki%2C%20140207192%2C%20FTK%2C%20PBL%2C%20085372558931.pdf
Rene Charles
Kepel, Desy Maria Helena Mantiri. 2019. Biodiversitas makroalga di perairan
pesisir kora-kora, kecamatan lembean timur, kabupaten minahasa. Jurnal Ilmiah
Platax. Vol. 7(2): 383-393. https://media.neliti.com/media/publications/295676-the-biodiversity-of-macroalgae-in-the-co-d2d833c5.pdf
Rene Charles Kepel,
Desy Maria Helena Mantiri, Nasprianto. 2018. Biodiversitas makroalga di
perairan pesisir tongkaina, kota manado. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 6(1):160-173.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax/article/download/19558/19109
Penulis: Aurelia dan Alifia Rahmah
Komentar
Posting Komentar