Pencemaran Sampah Plasik di Laut

 

Halo Buddies, artikel laut hadir kembali. Pada kesempatan ini, kita akan membahas tentang pencemaran laut yang sudah tidak asing lagi, yaitu bahaya sampah plastik terhadap biota laut dan ekosistemnya. Bagaimana pengaruhnya? Yuk, disimak!

Figure 1. Pencemaran Laut

Sebelum masuk ke pembahasannya, perlu diketahui terlebih dahulu definisi dari pencemaran laut. Menurut Peraturan Presiden Indonesia No. 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut pasal 1 ayat (1), pencemaran laut adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu air laut yang telah ditetapkan. Salah satu pencemaran laut yang sering terjadi adalah pencemaran akibat sampah. Sampah laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut.

Figure 2. Kode, jenis plastik, dan penggunaannya

Sampah plastik adalah sampah yang mengandung senyawa polimer. Plastik merupakan jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi, yaitu proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer), melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer). Salah satu bahan baku yang sering digunakan untuk membuat plastik adalah naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau gas alam (Plastics Europe, 2013). Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai suhu tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Adapun thermosetting adalah plastik yang tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan jika telah dibuat dalam bentuk padat. Berdasarkan sifat tersebut, termoplastik termasuk jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang (Surono, 2013). Jenis termoplastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan penggunaannya (Figure 2). Menurut ukurannya untuk mengklasifikasikan marine debris, sampah plastik diklasifikasikan menjadi mega plastik debris (>100 mm), makro plastik debris (>20-100 mm), meso plastik debris (>5-20 mm) dan mikro plastik debris (0.3-5 mm). Selain benda-benda plastik yang kita kenali, bentuk sampah plastik juga dapat berupa potongan (fragmen), film, pelet, garis, serat, filamen dan butiran (Andrady, 2011).

Figure 3.TOP 10 sampah plastik internasional dan Indonesia tahun 2019

Figure 4.Kurva estimasi peningkatan sampah plastik tahun 2010-2025

Plastik hadir dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari karena sifatnya yang menguntungkan (serbaguna, ringan, kuat, tahan lama dan murah). Sampah plastik yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari itu umumnya berakhir di laut dan sangat sulit untuk terurai. Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 sampai 500 tahun, hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Penggunaan plastik dalam berbagai kegiatan manusia menyebabkan produksi plastik semakin meningkat. Indonesia tercatat menjadi negara peringkat kedua penghasil sampah laut terbanyak di dunia setelah Cina (Jambeck et al, 2015). Sampah plastik yang dapat diproduksi di perairan Indonesia mencapai 1,65 juta ton/tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dapat menghasilkan limbah plastik sebanyak 0,48 – 1,29 juta ton/tahun yang tersebar di laut. Berdasarkan asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah per orang atau secara total sebanyak 189 ribu ton sampah/hari. Dari jumlah tersebut, 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik/hari. Jambeck et al. (2015) menyatakan apabila tidak ada perbaikan infrastruktur pengelolaan sampah, jumlah kumulatif sampah plastik yang masuk ke lingkungan laut dari darat diperkirakan akan terus meningkat dengan urutan terbesarnya pada tahun 2025 (tinggi, 40%; sedang, 25%; rendah, 15%) (Figure 4).

 

Dampak Negatif Pencemaran Sampah di Laut

1.   Dampak negatif secara ekologis

·   Rusaknya habitat biota laut, seperti coral reefs, mangrove, sea grass. Pada mangrove, sampah plastik dapat menutup permukaan sedimen dan mencegah pertumbuhan benih mangrove. Selain itu, mikroplastik (sampah dengan ukuran kurang dari 5 mm) dalam sedimen pesisir mengakibatkan perubahan sifat secara fisik dari pantai dan masalah yang terkait lainnya (Carson et al, 2011).

·   Sekitar 370 spesies hewan laut telah ditemukan terjerat oleh plastik di seluruh dunia, seperti mamalia laut, kura-kura, burung (CBD, 2012; Galgani et al., 2013). Hal tersebut dapat menyebabkan mereka terluka hingga kematian.

·   Ghost fishing, yaitu tertangkapnya ikan dan fauna laut lainnya oleh alat penangkap ikan yang tertinggal atau terbuang di laut, yang kemudian menyebabkan kematian dan penurunan populasi dalam jangka panjang.

·   Masuknya sampah plastik ukuran besar (megaplastik dan makroplastik) dalam rantai makanan biota laut, menimbulkan resiko kesehatan secara langsung bagi mereka, termasuk ikan, penyu, burung, karena salah konsumsi. Konsumsi plastik oleh biota laut dapat menyebabkan pendarahan internal dan bisul serta penyumbatan pada saluran pencernaan (Wright et al., 2013).

·    Sampah plastik juga dapat bertindak sebagai vektor untuk kontaminan, termasuk polutan organik persisten (POPs), polychlorinated biphenyls (PCB), hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), difenileter bifenil (PBDE) dan bisphenol A (BPA) dan logam berat (Ashton et al., 2010; Holmes et al., 2012; Zarfl & Matthies, 2010). Potensi efek secara kimia cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris (UNEP, 2011).

·    Perubahan lingkungan karena spesies invasive/asing yang terbawa sampah laut untuk bermigrasi ke wilayah baru, mereka dapat berkoloni dan mengganggu kehidupan ekosistem lokal.

2.   Dampak negatif secara ekonomis

  • Menurunnya tingkat kunjungan turis.
  • Menurunnya tingkat tangkapan ikan oleh nelayan.
  • Meningkatnya biaya operasi nelayan untuk penangkapan ikan.
  • Menurunnya volume ekspor.
  • Secara keseluruhan menurunnya kesejahteraan nelayan.

 

© serikatnews.com

 

Figure 5. (a) Kerusakan terumbu karang akibat sampah plastik. (b) Sampah plastik yang ditemukan di dalam perut ikan. (c) Hewan-hewan laut yang terjerat sampah plastik.

Solusi Pencemaran Sampah Plastik di Laut

Menurut Nugrahadi Moch. Saleh (2020) dalam Webinar Series #3 - Sampah Laut Indonesia: Riset dan Kebijakan Penanganan Sampah Laut Indonesia pada 18 Agustus 2020, sesuai PERPRES No. 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut Pasal 2 ayat (3), disebutkan bahwa terdapat lima strategi beserta beberapa kegiatannya dalam rangka percepatan penanganan sampah laut untuk periode delapan tahun (2018-2025), yaitu sebagai berikut

 

Strategi 1: Gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan.

· Mendidik pemuda, kampanye, meningkatkan kepedulian, penghargaan, kurikulum sekolah, melatih penyortiran sampah.

 

Strategi 2: Pengelolaan sampah yang bersumber dari darat.

·       Solid waste management, industri daur ulang, memproduksi plastik biodegradable, reuse sampah plastik (jalan aspal plastik), menangani sampah plastik dari perumahan dan sungai, kantong plastik berbayar.  

 

Strategi 3: Penanggulangan sampah di pesisir dan laut.

· Fasilitas penerimaan sampah di pelabuhan, kolaborasi bilateral dan regional, mengumpulkan sampah plastik dari pesisir dan laut, pengelolaan limbah plastik di bidang pariwisata.

 

Strategi 4: Mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

·    Pengawasan dan pemantauan, komitmen pembiayaan dari pemerintah, penilaian resiko kesehatan masyarakat dan ekologi akibat mikroplastik, penerapan insentif dan disinsentif.

 

Strategi 5: Penelitian dan pengembangan.

·    Plastik biodegradable dari singkong/rumput laut/kelapa sawit, dampak pada kesehatan manusia, inovasi dan teknologi untuk circular economy, solusi limbah jadi energy

 

Kesimpulan

Penggunaan plastik yang semakin meningkat serta pengelolaannya yang salah akan menyebabkan sampah plastik di laut semakin banyak. Plastik merupakan jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi dan sulit terurai. Hal tersebut berdampak negatif bagi biota laut dan ekosistemnya. Dampak negatif secara langsung adalah rusaknya habitat biota laut karena timbunan sampah plastik, biota laut serta ekosistem laut dapat tercemar kandungan bahan kimia yang ada pada plastik, banyak hewan laut yang terjerat sampah plastik hingga mengonsumsi sampah plastik. Dalam hal ini, kesehatan manusia juga bisa terancam karena makanan yang kita konsumsi salah satunya bersumber dari laut. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan pengetahuan serta kepedulian kita akan bahaya sampah plastik dengan cara meminimalisir penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, seperti menggunakan kantong belanja dari kain atau kantong plastik biodegradable dari singkong/rumput laut/kelapa sawit, memanfaatkan sisa-sisa plastik menjadi barang yang berguna. Singkatnya, lakukan 3R (reduce, reuse, recycle). Mari membiasakan diri, semua itu dimulai dari hal-hal kecil dan dari diri kita sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?

 

Daftar Pustaka

 

Andrady, A.L. 2011. Microplastics in the marine environment. Mar. Poll. Bull. 62: 1596-1605.

 

 

Ashton, K., L. Holmes and A. Turner. 2010. Association of metals with plastic production pellets in the marine environment. Mar. Poll. Bul. 60: 2050- 2055.

 

 

Carson H.S., S.L. Colbert, M.J. Kaylor dan K.J. McDermid. 2011. Small plastic debris changes water movement and heat transfer through beach sediments. Mar. Poll. Bull. 62: 1708-1713.

 

 

[CBD] Convention on Biological Diversity. 2012. Impacts of marine debris on biodiversity: current status and potential solutions. Secretariat of the Convention on Biological Diversity and the Scientific and Technical Advisory Panel GEF. Technical Series No. 67, Montreal: 61 hlm.

 

 

Cordova M. Reza. 2017. Pencemaran plastik di laut. Volume XLII (3): 21 – 30. Jakarta: Oseana-LIPI. https://oseana.lipi.go.id/oseana/article/download/82/61 Diakses Tanggal 26 Desember 2020.

 

 

Farhani Novy. 2020. Pemantauan pencemaran sampah laut. Prosiding dari Webinar Series #3 - Sampah Laut Indonesia: Riset dan Kebijakan Penanganan Sampah Laut Indonesia oleh Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, via Zoom Meeting: 18 Agustus 2020.  

 

 

Jambeck J.R., R. Geyer, C. Wilcox, T.R. Siegler, M. Perryman, A. Andrady, R. Narayan, dan Law K.L. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. Scienc. 347:768-771. https://www.iswa.org/fileadmin/user_upload/Calendar_2011_03_AMERICANA/Science-2015-Jambeck-768-71__2_.pdf Diakses Tanggal 29 Desember 2020.

 

 

[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2017. Pemantauan sampah laut di Indonesia. ppkl.menlhk.go.id. https://ppkl.menlhk.go.id/website/filebox/274/180703160900REKAP%20SAMPAH%20LAUT%20INDONESIA%202017.pdf Diakses Tanggal 29 Desember 2020.

 

 

Nufus Hayatun dan Zuriat. 2019. Sosialisasi dampak pencemaran plastik terhadap biota laut kepada masyarakat di Pantai Lhok Bubon Aceh Barat. Volume 3 (2). Marine Kreatif.  http://jurnal.utu.ac.id/mkreatif/article/download/2286/1571 Diakses Tanggal 26 Desember 2020.

 

 

Nugrahadi Moch. Saleh. 2020. Problematika Sampah Plastik dan Kebijakan Pengelolaannya. Prosiding dari Webinar Series #3-Sampah Laut Indonesia: Riset dan Kebijakan Penanganan Sampah Laut Indonesia oleh Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, via Zoom Meeting: 18 Agustus 2020.   

 

 

Plastics Europe. 2013. Plastics the Facts 2013. An Analysis of European Latest Plastics Production, Demand and Waste Data. Plastics Europe: Association of Plastic Manufacturers, Brussels, p. 40.

 

 

Republik Indonesia. 2018. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, No. 168. Jakarta: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

 

 

Surono, U. B. 2013. Berbagai metode konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta

 

 

[UNEP] United Nations Environment Programme. 2011. UNEP Year Book 2011: Emerging Issues in Our Global Environment. Nairobi (KE): UNEP. 79 hal.

 

 

Wright S.L., R.C. Thompson, dan T. S. Galloway. 2013. The Physical Impact of Microplastics On Marine Organisms: A Review. Env. Poll. 178: 483-492.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nekton dan Kehidupan di Habitat Mangrove

Tentang Alga

PELATIHAN ANGGOTA BARU